"Our happiness is greatest when we contribute most to the happiness of others.”- Harriet Shepard

Selasa, 27 November 2012

Morning Dwe



This letter, written by Vietnamese immigrant Ha Minh Thanh  working in Fukushima as a policeman to a friend in Vietnam, was   posted on New America Media on March 19. It is a testimonial to   the strength of the Japanese spirit, and an interesting slice of life near the epicenter of Japan’s crisis at the Fukushima    nuclear power plant. It was translated by NAM editor Andrew Lam, author of "East Eats West: Writing in Two Hemispheres." Shanghai Daily condensed it.                                             

Brother, .........How are you and your family? These last few days, everything was   in chaos. When I close my eyes, I see dead bodies. When I open my eyes, I also see dead bodies.  Each one of us must work 20 hours a day, yet I wish there were 48 hours in the day, so that we could continue helping and rescuing folks.                                                          
We are without water and electricity, and food rations are near  zero. We barely manage to move refugees before there are new orders to move them elsewhere.  I am currently in Fukushima, about 25 kilometers away from the nuclear power plant. I have so much to tell you that if I could   write it all down, it would surely turn into a novel about human relationships and behaviors during times of crisis.  People here remain calm - their sense of dignity and proper behavior are very good - so things aren't as bad as they could be. But given another week, I can't guarantee that things won't   get to a point where we can no longer provide proper protection   and order.  They are humans after all, and when hunger and thirst override dignity, well, they will do whatever they have to do. The government is trying

Minggu, 25 November 2012

Malaikat Pelindung


Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan. Maka, ia bertanya kepada Tuhan. "Ya Tuhan, Engkau akan mengirimku ke bumi. Tapi, aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungiku disana?".
Tuhanpun menjawab. "Diantara semua malaikat-Ku, Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu. Dia akan merawatmu dan mengasihimu." Si kecil bertanya lagi, "Tapi, disini, di surga ini, aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuatku bahagia. Tuhanpun menjawab, "Tak apa, malaikatmu itu, akan selalu menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuatmu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasakan cinta dan kasih sayang, dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia." Namun si kecil bertanya lagi, "Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai?
Tuhanpun menjawab, "Malaikatmu itu, akan membisikkanmu kata-kata yang paling indah, dia akan selalu sabar ada disampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia." Si kecil bertanya lagi, "Lalu, bagaimana jika aku ingin berbicara padamu, ya Tuhan?"
Tuhanpun kembali menjawab, "Malaikatmu itu, akan membimbingmu. Dia akan menengadahkan tangannya bersamamu, dan mengajarkanmu untuk berdoa." Lagi-lagi, si kecil menyelidik, "Namun, aku mendengar, disana, ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku?
Tuhanpun menjawab, "Tenang,