"Our happiness is greatest when we contribute most to the happiness of others.”- Harriet Shepard

Jumat, 05 Agustus 2011

Berjalan Dalam Badai




Suatu hari kami berkendara menuju ke suatu tempat. Dan aku yang mengemudi. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Kulihat beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.
“Bagaimana Ayah ? Kita berhenti ?” aku bertanya. “Teruslah mengemudi !”kata Ayah.
Aku tetap menjalankan mobilku.
Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujanpun turun. Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yang diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan. Kulihat kendaraan2 besar juga mulai menepi dan berhenti.
“Ayah….?”
“Teruslah mengemudi !” kata Ayah sambil terus melihat kedepan.
Aku tetap mengemudi dengan bersusah payah. Hujan lebat menghalangi pandanganku sampai hanya berjarak beberapa meter saja. Anginpun mengguncang2kan mobil kecilku. Aku mulai takut. Tapi aku tetap mengemudi walaupun sangat perlahan.
Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, kurasakan hujan mulai mereda dan angin mulai berkurang. Setelah beberapa kilometer lagi, sampailah kami pada daerah yang kering dan kami melihat matahari bersinar muncul dari balik awan.
“Silahkan kalau mau berhenti dan keluarlah”, kata Ayah tiba-tiba.
“Kenapa sekarang ?”tanyaku heran.
“Agar engkau bisa melihat dirimu sekarang. Bayangkan seandainya engkau berhenti ditengah badai…”
Aku berhenti dan keluar. Kulihat jauh dibelakang sana badai masih berlangsung. Aku membayangkan mereka yang terjebak disana dan berdoa semoga mereka selamat. Dan aku mengerti bahwa jangan pernah berhenti ditengah badai karena akan terjebak dalam ketidakpastian dan ketakutan kapan badai akan berakhir serta apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jika kita sedang menghadapi “badai” kehidupan, teruslah berjalan jangan berhenti, jangan putus asa karena kita akan tenggelam dalam keadaan yang terus kacau, menakutkan dan penuh ketidakpastian. Lakukan saja apa yang dapat kita lakukan dan yakinkan diri bahwa Badai Pasti Berlalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar