"Our happiness is greatest when we contribute most to the happiness of others.”- Harriet Shepard

Jumat, 02 Desember 2011

Cinta Seorang Anak

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam

Selasa, 22 November 2011

Barang Paling Berharga


Di kota Weinsberg – Jerman terdapat sebuah benteng kuno yang saat ini merupakan satu daerah tujuan wisata. Menurut Legenda, pada tahun 1141, pasukan musuh mengepung benteng dan mengisolasi penduduk kota didalamnya. Untuk alasan kemanusiaan, komandan musuh mengirim pesan ke dalam benteng bahwa sebelum dia menyerang secara besar-besaran, dia akan membiarkan wanita dan anak-anak meninggalkan benteng dan pergi bebas.
Setelah negosiasi berkali-kali, akhirnya komandan musuh menyetujui untuk membiarkan wanita dan anak-anak membawa barang paling berharga yang dimilikinya, tetapi dengan syarat bahwa barang tersebut harus mereka bawa sendiri. Pada hari dan saat yang ditentukan, komandan musuh dan para anak buahnya tercengang dan terkejut. Ternyata, para wanita mulai berbaris ke luar benteng dengan menggendong suami mereka di punggungnya masing-masing.

Legenda Benteng kota Weinsberg

Rabu, 16 November 2011

Pada Sebuah Jembatan

Pada suatu malam, seorang pria berdiri diatas suatu jembatan baja, 500 kaki (sekitar 152 meter) diatas sungai yang deras. Pria itu menyalakan rokok terakhirnya – sebelum bunuh diri.
Tidak ada jalan lain. Dia telah mencoba segala hal untuk mencapai kebahagiaan. Dia telah mencicipi segala kenikmatan nafsu, petualangan, perjalanan, minum dan obat-obatan. Tapi semua gagal. Dan kegagalan terakhir adalah perkawinannya. Tak ada seorangpun wanita yang tahan hidup bersamanya selama beberapa bulan. Dia terlalu menuntut. Dia merasa tidak pantas diperlakukan seperti manusia. Maka sungai akan menjadi tempat yang paling baik baginya.
Seorang gelandangan tiba-tiba lewat, melihatnya dan berkata,”Pak, beri saya 1 dollar dong untuk beli kopi,” Pria itu tersenyum. 1 Dollar tidak ada artinya.”Saya punya lebih dari itu.” Dia mengambil dompetnya. “Ini, ambil semua.”
“Lho, kenapa semua ?” tanya gelandangan itu. “Tidak apa-apa. Saya tidak membutuhkan lagi ditempat yang akan saya tuju.” Jawabnya sambil melirik kearah sungai dibawah jembatan.
Gelandangan itu membuka dompetnya. Memegang uang sejenak. Lalu katanya,”Oh tidak. Tidak jadi. Saya memang seorang pengemis, tetapi saya bukan seorang pengecut. Dan saya tidak akan mengambil uang seorang pengecut. Bawa saja uangmu -  kedalam sungai itu.” Gelandangan itu menghamburkan uang itu kelantai. Lalu segera pergi. “Dag…dag… pengecut.”
Pria yang hendak bunuh diri itu terpana. Tiba-tiba dia sangat ingin bahwa gelandangan itu mau menerima uang darinya. Dia ingin memberi, tetapi tidak bisa. Memberi !!! Dia tidak pernah mencoba hal ini sebelumnya. Memberi dan menjadi bahagia…..Dia memandang sungai itu untuk terakhir kalinya….dan berpaling darinya, lalu pergi mengejar gelandangan tadi…..

Christopher Notes

Rabu, 09 November 2011

Terima Kasih, Maaf, Tolong


Kisah disebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan & kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pension. Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilh dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis sebagai berikut: “Yang terhormat pak Direktur. Terima kasih karena bapak telah mengucapkan kata “Tolong” setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan “Maaf” saat Bapak menegur, mengingat dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan. Terima kasih pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan “Terima Kasih” kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk bapak. Terima kasih pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Sampai kapanpun bapak adalah pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan merestui jalan dimanapun pak Direktur berada. Amin

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-2 pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.


Tiga kata “Terima Kasih, Maaf, Tolong” adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tapi mempunyai dampak yang positif. Dengan mampu menghargai orang minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.

Senin, 07 November 2011

Impian Seorang Manusia Lumpuh


Tennese adalah salah satu daerah yang terletak di Amerika, disinilah pernah dilahirkan kedunia seorang manusia yang sangat luar biasa. Terlahir prematur dan kondisi lemah. kondisi badannya sangatlah lemah. Orangtuanya berasal dari keluarga miskin. Ayahnya adalah seorang penjaga pintu kereta api dan ibunya bekerja sebagai pembantu. Dia adalah anak ke-20 dari 22 anak bersaudara. Pada umur 4 tahun dia malah terkena penyakit radang paru-paru kronis dan tubuhnya lumpuh terkena polio, dua penyakit maut yang sangat mematikan saat itu sampai dua kakinya harus memakai penyangga.
Di samping anak ini ada seorang yang tak kalah luar biasanya yang selalu menyayangi, mencintai dan selalu menghiburnya bahkan memberi dorongan dan semangat. “Walaupun kamu mempunyai kaki yang lemah dan harus menggunakan penyangga, kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan dan impikan dalam hidup” kata ibunya kepadanya di suatu kesempatan. Yang kamu butuhkan hanyalah keyakinan, ketekunan, keberanian dan semangat pantang menyerah. Dan petuah dari ibunyalah cikal bakal lahirnya seorang manusia luar biasa, seorang manusia pejuang, yang dengan gagah berani menatap hidup didepannya yang mungkin bagi orang lain itu sebuah “kemustahilan”.
Di usia sembilan tahun ia memutuskan melepas penyangga di kedua kakinya. padahal saat itu dokter melarangnya dan mengatakan

Rabu, 28 September 2011

Inipun Akan Berlalu


Raja Salomo adalah seorang raja yang terkenal akan kebijaksanaannya................
Pada suatu hari, sang raja meminta kepada tukang emasnya yang sudah tua renta untuk menuliskan sesuatu didalam cincinnya. Raja berpesan : ”Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya.”
Berbulan-bulan si tukang emas yang tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang penting di cincin emas yang kecil itu. Akhirnya setelah berdoa dan berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya pada sang raja. Dengan tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya,” DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU.”
Awalnya sang raja tidak terlalu paham dengan apa yang tertulis disana. Tapi suatu ketika tatkala menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu dan iapun menjadi lebih tenang. “Dan inipun akan berlalu !”  Dan tatkala ia sedang bersenang-senang, iapun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi rendah hati kembali.

Betul, ketika anda lagi punya masalah besar ataupun sedang lagi kondisi terlalu gembira, ingatlah kalimat itu, “Dan inipun akan berlalu !” (These too, will pass). Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan mengantarkan kita pada keseimbangan hidup. Tidak ada satupun yang langgeng. Jadi, ketika anda punya masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih. Tapi tatkala anda lagi senang, jangan terlalu kelewat senang.
Ingatlah…apapun yang kau hadapi saat ini, semuanya akan berlalu…..

Rabu, 14 September 2011

Penuh Sesak


Ada seorang Bapak mengeluh kepada seorang Rabi.
Bapak : “ Kamarku penuh sesak, hidup satu kamar dengan istri, anak, keponakan dan mertua. Tolong berikan nasehat kepadaku."
Rabi   :  “Aku akan memberi nasehat kepadamu, berjanjilah kamu untuk melaksanakannya."
Bapak :  “ Ya, aku berjanji. Sungguh aku akan melaksanakannya."
Rabi    :  “ Ada berapa ekor hewan piaraanmu ?"
Bapak :  “ Kambing ada 1, ayam ada 6 dan seekor babi."
Rabi    :  “Sekarang masukkan semua kedalam kamarmu, lalu perlahan-lahan setiap hari keluarkan satu persatu binatang itu  dan engkau boleh kembali minggu depan."
Setelah seminggu bapak itu kembali dan berkata : "Sekarang kamar saya luas, enak seperti surga. Betapa aku ini beruntung ........".

Anthonny De Mello

Selasa, 23 Agustus 2011

Hadiah Terindah

"Bisa saya melihat bayi saya ?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.



Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas.

Kamis, 11 Agustus 2011

Bukan Barang Rongsokan





Konon di Jepang dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya…



Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya kehutan, karena si ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampai didalam hutan yang sangat lebar, si anak menurunkan ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap ibunya. Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata “Anakku,

Rabu, 10 Agustus 2011

Jendela Rumah Sakit

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.


Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.
Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.



"Di luar jendela, tampak sebuah

Senin, 08 Agustus 2011

Intan

Seorang sannyasi sampai keperbatasan desa, lalu duduk dibawah sebatang pohon untuk tidur disana semalaman. Tiba-tiba seorang penduduk desa datang berlari-lari kepadanya dan berseru: “Batu itu ! Batu itu ! berikanlah kepadaku batu permata itu !”

“Batu permata apa ?” Tanya sannyasi. “Tadi malam dewa Shiwa menampakkan diri dalam mimpiku “, kata penduduk desa itu. “Ia berkata kepadaku, jika aku pergi ke perbatasan desa di waktu senja, aku akan bertemu seorang sannyasi. Ia akan memberiku sebuah batu permata. Lalu aku akan menjadi kaya raya selama-lamanya.


Sannyasi itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebuah batu. “Barangkali inilah yang dimaksudkannya . “ katanya sambil menyerahkan batu itu kepada penduduk desa. “Batu ini kutemukan di jalan kecil di hutan beberapa hari yang lalu. Tentu saja anda boleh memilikinya.”


Orang desa memandang batu itu penuh rasa kagum. Batu itu adalah intan. Barangkali intan terbesar di dunia, sebesar kepala manusia. Ia menerima intan itu lalu pergi. Semalaman ia gelisah, tidak dapat tidur. Pagi harinya, waktu fajar menyingsing, ia membangunkan sannyasi itu. Katanya kepadanya: “Berilah aku kekayaan, yang membuat anda rela menghadiahkan intan itu dengan begitu mudah.”



Anthony De Mello, S.J.

Cinta Ibu

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan :
"Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati"



Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan.

"Tuhan ampuni anak hamba, biarlah

Minggu, 07 Agustus 2011

Mawar Untuk Ibu

Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil, "Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu."
Pria itu tersenyum dan berkata, "Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya. Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, "Ya tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, dimana lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal ini, hati pria itu menjadi trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.


(Dari: Rose for Mama - C.W. McCall)

Jumat, 05 Agustus 2011

Tuhan Tinggal Dalam Hati Manusia








Suatu hari Tuhan merasa sangat lelah dan ingin cuti. Maka ia mengumpulkan penasehat-penasehatnya untuk dimintai nasehat dimana Tuhan dapat beristirahat tanpa diganggu orang. Penasehat pertama mengatakan: “ Di puncak gunung yang sangat tinggi”. Tapi sekarang banyak orang pergi kesana juga. Penasehat kedua mengusulkan: “Pergilah ke dasar laut disana pasti manusia tidak bisa mengganggu dengan permintaan-permintaannya”. Tetapi banyak pula manusia bisa menyelam kesana. Akhirnya, malaikat Gabriel mengusulkan (dia berbisik agar yang lain tidak mendengar): “Tuhan, pergilah ketempat yang pasti manusia tidak akan menduga kalau Engkau ada disitu !“. Dimana ? Di dasar hati manusia. Sejak saat itu Tuhan bersembunyi didalam hati manusia.



Bila anda akan mencari damai, carilah Tuhan dalam hati anda. Kembalilah pada hati anda sekarang juga. Damai bukan masalah tempat atau suasana. Orang mengatakan didesa suasana damai. Tetapi bila anda berdosa, misalnya: membunuh, maka anda tidak lagi merasa damai. Damai adalah kualitas hati didalam diri, bukan sesuatu diluar diri anda. Seperti ikan kembali ke air, sekarang kita harus berani kembali ke dalam diri kita sendiri.

Berhati Mulia

Seorang pria tersesat di gurun pasir. Ia hampir mati kehausan. Akhirnya ia tiba di sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hamper roboh itu, terdapat sebuah pompa. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga, tapi tidak ada air yang keluar.

Lalu ia melihat ada kendi di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus, dan tertempel kertas dengan tulisan “Sahabat , pompa ini harus dipancing dengan air dulu. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum anda pergi.”

Ia mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air. “Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa ? Bagaimana kalau tidak berhasil ? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi ? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar ? ” Pikirnya.

Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mengikuti nasehat yang tertera di kertas itu sekalipun beresiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya. Benar !!!

Air keluar dengan limpahnya. Ia minum sepuasnya Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata dibawah instruksi pesan itu:

”Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu, sebelum bisa menerima kembali. Percayalah !!!”


Pesan Moral :

Barangsiapa berhati egois dan terlampau mementingkan diri sendiri, ia tidak akan beroleh kemudahan dalam hidupnya. Barangsiapa berhati mulia dan bertindak demi kepentingan orang banyak, ia akan beroleh kemuliaan dalam hidupnya. Berkat berlimpah dan damai sejahtera akan memenuhi hidupnya. Percayalah dan turutilah dengan penuh keimanan.

Berjalan Dalam Badai




Suatu hari kami berkendara menuju ke suatu tempat. Dan aku yang mengemudi. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Kulihat beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.
“Bagaimana Ayah ? Kita berhenti ?” aku bertanya. “Teruslah mengemudi !”kata Ayah.
Aku tetap menjalankan mobilku.
Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujanpun turun. Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yang diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan. Kulihat kendaraan2 besar juga mulai menepi dan berhenti.
“Ayah….?”
“Teruslah mengemudi !” kata Ayah sambil terus melihat kedepan.
Aku tetap mengemudi dengan bersusah payah. Hujan lebat menghalangi pandanganku sampai hanya berjarak beberapa meter saja. Anginpun mengguncang2kan mobil kecilku. Aku mulai takut. Tapi aku tetap mengemudi walaupun sangat perlahan.
Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, kurasakan hujan mulai mereda dan angin mulai berkurang. Setelah beberapa kilometer lagi, sampailah kami pada daerah yang kering dan kami melihat matahari bersinar muncul dari balik awan.
“Silahkan kalau mau berhenti dan keluarlah”, kata Ayah tiba-tiba.
“Kenapa sekarang ?”tanyaku heran.
“Agar engkau bisa melihat dirimu sekarang. Bayangkan seandainya engkau berhenti ditengah badai…”
Aku berhenti dan keluar. Kulihat jauh dibelakang sana badai masih berlangsung. Aku membayangkan mereka yang terjebak disana dan berdoa semoga mereka selamat. Dan aku mengerti bahwa jangan pernah berhenti ditengah badai karena akan terjebak dalam ketidakpastian dan ketakutan kapan badai akan berakhir serta apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jika kita sedang menghadapi “badai” kehidupan, teruslah berjalan jangan berhenti, jangan putus asa karena kita akan tenggelam dalam keadaan yang terus kacau, menakutkan dan penuh ketidakpastian. Lakukan saja apa yang dapat kita lakukan dan yakinkan diri bahwa Badai Pasti Berlalu.

Kamis, 28 Juli 2011

Menjadikanku Indah Pada Waktunya

Pada suatu hari, ada seorang kakek dan nenek yang sedang berjalan-jalan di sepanjang pertokoan. Saat melewati toko keramik, nenek berkata pada kakek sambil menunjuk pada sebuah cangkir, “Kek, cangkir yang di situ adalah cangkir yang paling indah yang pernah kulihat.” “Kakek juga, Nek”, jawab kakek setuju. Saat sudah memegang cangkir tersebut, nenek sangat terkejut karena cangkir tersebut dapat berbicara padanya.

Mulailah si cangkir bercerita, “Dulu aku hanyalah tanah liat yang tidak bisa apa-apa. Lalu aku dibawa ke tempat pembuatan keramik. Di sana aku dimasukkan ke tempat penggilingan tanah liat, aku berteriak pada sang tukang, Sakit !!! Sakit !!! Hentikan, keluarkan aku ! Tapi, kau tahu sang tukang berkata apa? Ia berkata, “Belum saatnya.” Setelah itu aku dipukul-pukul dengan palu, semakin lama semakin keras. Aku berteriak lagi, Sakit !!! Sakit Sekali !!! Tolong aku ! Tapi sang tukang juga masih mengatakan bahwa belum saatnya aku keluar. Kemudian aku dipanaskan di perapian. Sungguh amat luar biasa rasa sakitnya, seperti di api neraka. Sakit !!! Panas !!! Bebaskan aku! Aku tak tahan dengan semua ini!! Tapi mengapa sang tukang selalu berkata, “Belum saatnya ?" Lalu aku diwarnai, bau catnya sungguh menyiksa, baunya tak tertahankan. Dan sampai pada akhirnya sekarang ini aku dipajang di etalase dan seorang nenek berkata bahwa aku adalah cangkir terindah yang pernah dilihatnya.” Cangkir itu lalu melihat bayangan dirinya di kaca. Ia melihat betapa indahnya dirinya setelah melalui berbagai proses yang menyakitkan.

Renungan:
Rasa sakit itu merupakan bagian dari proses untuk membentuk pribadi yang utuh. Seperti cangkir itu, tadinya dia kesakitan karena semua proses tersebut tapi pada akhirnya dia menjadi cangkir yang sangat indah. Anggaplah Tuhan sebagai tukang keramiknya. Dia sedang membentuk kita untuk menjadi pribadi yang kuat, yang tahan banting terhadap segala cobaan hidup yang menyakitkan. Tuhan yang membentuk hidup kita. Hal ini perlu diyakini, jangan hanya dianggap saja. Yang perlu diingat bahwa keramik itu mudah pecah, jika kita tidak berhati-hati dan keramik jatuh juga bisa menjadi pecah dan remuk. Seindah apapun keramik itu kalau sudah pecah ya tidak menjadi indah dan cantik lagi. Percayalah Tuhan menjadikan kita manusia yang indah bagi banyak orang

Aku Menciptakan Engkau

Pada suatu hari, seperti yang sering kita lihat, seorang gadis kecil yang telantar, berdiri di persimpangan jalan meminta-minta makanan, uang atau apa saja yang dapat diperolehnya dari orang yang lewat. Gadis kecil itu mengenakan pakaian yang sangat compang camping, kotor dan kusut.

Ketika itu, seorang pemuda yang kaya raya melintasi persimpangan itu tanpa mempedulikan sama sekali gadis kecil itu. Namun ketika pemuda itu tiba dirumahnya yang mewah, ditengah keluarganya yang bahagia dan berkecukupan, duduk dimeja makan yang penuh dengan hidangan malam yang lezat, ia teringat akan gadis kecil yang terlantar itu. Ia menjadi sangat marah kepada Tuhan karena telah membiarkan keadaan seperti itu terjadi.


Ia mencela Tuhan dengan berkata ,” Bagaimana Engkau bisa membiarkan ini terjadi ? Mengapa Engkau tidak melakukan sesuatu untuk menolong gadis itu ?”.


Kemudian jauh dilubuk sanubarinya ia mendengar suara Tuhan menjawab,”Sudah Kulakukan. Aku menciptakan engkau.”


Raja Tanpa Mahkota

Pada satu malam Oktober di tahun 1968, sekelompok penonton setia berdiam di tempat duduk mereka di stadion Olimpik Mexico City untuk menyaksikan pelari terakhir di marathon Olimpic. Lebih dari satu jam sebelumnya, Mamo Wolde dari Ethiopia telah memenangkan pertandingan di bawah teriakan meriah para penonton. Namun, saat penonton menyaksikan dan menunggu pelari terakhir, hari mulai gelap dan dingin.

Kelihatannya, pelari terakhir akan segera selesai, jadi beberapa penonton mulai berpencar dan meninggalkan stadium ketika mereka mendengar suara sirene dan sempritan polisi datang dari pintu gerbang marathon ke dalam stadium. Di bawah tontonan penonton, satu pelari terakhir lari ke trek untuk menyelesaikan putaran terakhir dari dua puluh enam mil pertandingan. Ia adalah John Stephen Akhwari dari Tanzania. Saat ia lari di sirkuit 400 meter itu, orang-orang bisa melihat bahwa kakinya dibalut dan berdarah. Ia telah jatuh dan terluka pada waktu pertandingan, tetapi ia tidak membiarkannya menghentikannya. Dilutut kanannya terdapat luka menganga dan persendian bahunya bergeser. Cedera ini ia dapatkan akibat terjatuh karena bertubrukan. Orang-orang di stadium bangkit dan bertepuk tangan sampai mencapai garis akhir. Ia masuk finish sebagai pelari terakhir, 1,5 jam setelah Wolde.
Kepada Bud Greenspan, seorang sutradara film yang mewawancarainya, Akhwari berkata, "Saya dikirim ke sini bukan hanya untuk memulai perlombaan, tetapi juga untuk menyelesaikannya." Akhwari memang pelari terakhir di lomba tersebut. Namun, ia dicatat sebagai pelari yang menyelesaikan pertandingan hingga akhir, tidak undur atau menyerah kalah di tengah jalan.

Moral dari kisah ini yang patut kita renungkan . . . DEDIKASI . . . Akhwari sadar betul negaranya yang miskin, tidak mengirimkannya untuk sekedar mengikuti lomba, ribuan dollar uang rakyat harus disisihkan, perlu usaha yang lebih bagi negara miskin, agar seorang atlet dapat berangkat mengikuti olimpiade. Akhwari tidak ingin membuat negara dan rakyatnya kecewa.


----Dari Berbagai sumber